Sudah hampir tiga minggu kegiatan Sensus Ekonomi 2016
berjalan. Pengalaman-pengalaman menarik saya temukan di lapangan. Entah berupa
pengalaman maupun cara untuk berhadapan dengan puluhan karakter manusia yang
berbeda-beda. Disini saya belajar, ternyata saya harus memiliki kesabaran
ekstra jika berhadapan dengan orang-orang yang memiliki aneka ragam karakter.
Keberhasilan Sensus Ekonomi 2016 ini tidak terlepas dari
perjuangan petugas sensus. Kerja keras petugas sensus ini mengajarkan kepada
kita arti sebuah perjuangan. Sebuah perjuangan mengumpulkan data. Data
dikumpulkan untuk kemudian disusun lalu dilakukan analisis lebih lanjut untuk
menggambarkan suatu keadaan. Hasil dari Sensus Ekonomi ini kemudian dijadikan
dasar dalam menentukan perencanaan pembangunan.
Lalu, mengapa saya katakan bahwa menjadi seorang petugas
sensus adalah sebuah perjuangan? Karena banyak orang yang tidak menyadari kami
ada, tidak mengetahui apa yang kami kerjakan, dan untuk apa kami
mengerjakannya. Seringkali kami hanyalah dianggap orang-orang ‘kurang kerjaan’ atau
bisa juga dianggap kepo dalam bahasa gaul saat ini karena menanyakan hal-hal yang
dianggap dirahasiakan seperti berapa jumlah tenaga kerja, berapa pendapatan
perbulan dan pertahunnya serta berapa pengeluaran dari usaha yang dilakukan
oleh responden. Pertanyaan sederhana, yang jawabannya sebenarnya menentukan
nasib bangsa ini ke depannya. Masalahnya adalah, Anda tidak akan merasakan
dampak langsung dari hasil pekerjaan kami. Seorang guru jelas-jelas memberikan
ilmu kepada anak didiknya, dalam proses belajar mengajar. Layanan apa yang
diberikan seorang petugas sensus? Tanpa Anda sadari, kami adalah para
‘penyambung lidah’. Lewat pertanyaan-pertanyaan kami, kami mencatat keadaan
Anda. Untuk kemudian kami teruskan kepada Pemerintah negeri ini, seperti inilah
potret kehidupan masyarakatnya.
Memang yang bisa kami berikan hanya sebatas data, karena kami
tidak diberi kewenangan untuk menentukan kebijakan. Ketidaktahuan Anda terhadap
keberadaan kami menjadikan tugas kami menghadapi serangkaian kesulitan.
Penolakan Anda terhadap kedatangan kami, menjawab pertanyaan-pertanyaan kami.
Atau sikap Anda yang menjawab sekenanya terhadap pertanyaan-pertanyaan kami.
Bagaimana mungkin kami bisa menyediakan data yang akurat jika Anda tidak
menganggap kami ada dan memiliki tugas yang nyata, yang berpengaruh terhadap
bagaimana Pemerintah negeri ini akan melayani Anda? Beberapa di antara kami
menyeberangi lautan, mendaki gunung, untuk mengumpulkan jawaban dari pertanyaan
demi pertanyaan dalam Sensus Ekonomi ini. Beberapa di antara kami bekerja
sampai jauh malam, karena kesibukan Anda menyebabkan kami hanya bisa menemui
Anda di waktu malam, karena Anda tak ingin akhir pekan Anda diganggu oleh
keberadaan kami. Beberapa di antara kami menjadi teman ‘curhat’ Anda terhadap
kondisi pemerintahan dan kesejahteraan masyarakat di negeri ini. Beberapa di
antara kami harus puas berhadapan dengan anjing penunggu rumah karena bukan
tamu yang ditunggu pemilik rumah, sehingga pemilik rumah menganggap kami tidak
layak untuk ditemui, dan mengutus anjing penjaga rumah untuk menjawab salam
kami. Dan beberapa dari kami terbiasa menghadapi pengusiran pemilik rumah,
karena disangka sebagai petugas pengumpul sumbangan.
Tentunya saya menceritakan profesi saya ini kepada Anda bukan
dengan maksud mengeluh. Tapi untuk mengenalkan profesi saya kepada Anda.
Sehingga dipertemuan kita selanjutnya, Anda dapat menerima para petugas sensus
tadi, menjawab pertanyaan-pertanyaannya dengan apa adanya. Sehingga, data yang
kami berikan kepada Pemerintah ini menjadi semakin sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Menanamkan sebuah pengertian, bahwa jawaban Anda menentukan masa depan bangsa.
Sensus ekonomi merupakan bentuk pengabdian, dalam
menghasilkan data yang penting, bagi proses pembangunan dan seluruh lapisan
masyarakat. Hal ini disebabkan SE 2016 selaras dengan program Nawacita
pemerintah, yaitu Nawacita ke-6 (Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya
saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit
bersama bangsa-bangsa Asia lainnya). Serta Nawacita ke-7 (Mewujudkan kemandirian
ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik). Data SE 2016 ini juga dapat memotret daya
saing bisnis di Indonesia dan menentukan posisi perekonomian Indonesia di
antara negara-negara di kawasan regional maupun internasional. Hal ini menjadi
penting mengingat bahwa saat ini Indonesia telah memasuki era Masyarakat
Ekonomi Asean (MEA), yang sudah barang tentu harus diantisipasi dan disikapi
secara cermat dan cerdas. Untuk itu, hasil sensus yang akurat sangat diharapkan
dalam sensus ekonomi ini. Jika data yang diperoleh tidak sesuai dengan fakta
yang ada di masyarakat, maka perencanaan pembangunan tentu tidak sesuai dengan
kondisi masyarakat.