Senin, 16 Mei 2016

PERJUANGAN PETUGAS SENSUS

Sudah hampir tiga minggu kegiatan Sensus Ekonomi 2016 berjalan. Pengalaman-pengalaman menarik saya temukan di lapangan. Entah berupa pengalaman maupun cara untuk berhadapan dengan puluhan karakter manusia yang berbeda-beda. Disini saya belajar, ternyata saya harus memiliki kesabaran ekstra jika berhadapan dengan orang-orang yang memiliki aneka ragam karakter.
Keberhasilan Sensus Ekonomi 2016 ini tidak terlepas dari perjuangan petugas sensus. Kerja keras petugas sensus ini mengajarkan kepada kita arti sebuah perjuangan. Sebuah perjuangan mengumpulkan data. Data dikumpulkan untuk kemudian disusun lalu dilakukan analisis lebih lanjut untuk menggambarkan suatu keadaan. Hasil dari Sensus Ekonomi ini kemudian dijadikan dasar dalam menentukan perencanaan pembangunan.
Lalu, mengapa saya katakan bahwa menjadi seorang petugas sensus adalah sebuah perjuangan? Karena banyak orang yang tidak menyadari kami ada, tidak mengetahui apa yang kami kerjakan, dan untuk apa kami mengerjakannya. Seringkali kami hanyalah dianggap orang-orang ‘kurang kerjaan’ atau bisa juga dianggap kepo dalam bahasa gaul saat ini karena menanyakan hal-hal yang dianggap dirahasiakan seperti berapa jumlah tenaga kerja, berapa pendapatan perbulan dan pertahunnya serta berapa pengeluaran dari usaha yang dilakukan oleh responden. Pertanyaan sederhana, yang jawabannya sebenarnya menentukan nasib bangsa ini ke depannya. Masalahnya adalah, Anda tidak akan merasakan dampak langsung dari hasil pekerjaan kami. Seorang guru jelas-jelas memberikan ilmu kepada anak didiknya, dalam proses belajar mengajar. Layanan apa yang diberikan seorang petugas sensus? Tanpa Anda sadari, kami adalah para ‘penyambung lidah’. Lewat pertanyaan-pertanyaan kami, kami mencatat keadaan Anda. Untuk kemudian kami teruskan kepada Pemerintah negeri ini, seperti inilah potret kehidupan masyarakatnya.
Memang yang bisa kami berikan hanya sebatas data, karena kami tidak diberi kewenangan untuk menentukan kebijakan. Ketidaktahuan Anda terhadap keberadaan kami menjadikan tugas kami menghadapi serangkaian kesulitan. Penolakan Anda terhadap kedatangan kami, menjawab pertanyaan-pertanyaan kami. Atau sikap Anda yang menjawab sekenanya terhadap pertanyaan-pertanyaan kami. Bagaimana mungkin kami bisa menyediakan data yang akurat jika Anda tidak menganggap kami ada dan memiliki tugas yang nyata, yang berpengaruh terhadap bagaimana Pemerintah negeri ini akan melayani Anda? Beberapa di antara kami menyeberangi lautan, mendaki gunung, untuk mengumpulkan jawaban dari pertanyaan demi pertanyaan dalam Sensus Ekonomi ini. Beberapa di antara kami bekerja sampai jauh malam, karena kesibukan Anda menyebabkan kami hanya bisa menemui Anda di waktu malam, karena Anda tak ingin akhir pekan Anda diganggu oleh keberadaan kami. Beberapa di antara kami menjadi teman ‘curhat’ Anda terhadap kondisi pemerintahan dan kesejahteraan masyarakat di negeri ini. Beberapa di antara kami harus puas berhadapan dengan anjing penunggu rumah karena bukan tamu yang ditunggu pemilik rumah, sehingga pemilik rumah menganggap kami tidak layak untuk ditemui, dan mengutus anjing penjaga rumah untuk menjawab salam kami. Dan beberapa dari kami terbiasa menghadapi pengusiran pemilik rumah, karena disangka sebagai petugas pengumpul sumbangan.
Tentunya saya menceritakan profesi saya ini kepada Anda bukan dengan maksud mengeluh. Tapi untuk mengenalkan profesi saya kepada Anda. Sehingga dipertemuan kita selanjutnya, Anda dapat menerima para petugas sensus tadi, menjawab pertanyaan-pertanyaannya dengan apa adanya. Sehingga, data yang kami berikan kepada Pemerintah ini menjadi semakin sesuai dengan keadaan sebenarnya. Menanamkan sebuah pengertian, bahwa jawaban Anda menentukan masa depan bangsa. 
Sensus ekonomi merupakan bentuk pengabdian, dalam menghasilkan data yang penting, bagi proses pembangunan dan seluruh lapisan masyarakat. Hal ini disebabkan SE 2016 selaras dengan program Nawacita pemerintah, yaitu Nawacita ke-6 (Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya). Serta Nawacita ke-7 (Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik).  Data SE 2016 ini juga dapat memotret daya saing bisnis di Indonesia dan menentukan posisi perekonomian Indonesia di antara negara-negara di kawasan regional maupun internasional. Hal ini menjadi penting mengingat bahwa saat ini Indonesia telah memasuki era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), yang sudah barang tentu harus diantisipasi dan disikapi secara cermat dan cerdas. Untuk itu, hasil sensus yang akurat sangat diharapkan dalam sensus ekonomi ini. Jika data yang diperoleh tidak sesuai dengan fakta yang ada di masyarakat, maka perencanaan pembangunan tentu tidak sesuai dengan kondisi masyarakat.