Rabu, 19 April 2017

THE POWER OF SUSENAS

Badan Pusat Statistik (BPS) dalam menyediakan data memiliki berbagai macam survei dalam pengumpulannya. Salah satu survei yang dilaksanakan oleh BPS adalah Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional), sebuah survei yang ketika pelaksanaannya cukup menguras dan tenaga segenap insan BPS. Susenas merupakan salah satu survei rutin BPS yang menjadi sumber data utama untuk kegiatan pembangunan dibidang sosial dan ekonomi. Data dan informasi yang dihasilkan susenas selalu ditunggu dan menjadi rujukan berbagai pihak, baik pemerintah maupun swasta. Susenas juga menjadi rujukan utama untuk memantau perkembangan pencapaian sustainable development goals (SDGs) setiap tahunnya hingga 2030. Sebuah survei yang mengemban amanah cukup berat didalamnya.
Rumah tangga responden Susenas pasti akan merasa sedikit terganggu dengan kehadiran petugas survei, karena pertanyaan yang diajukan petugas sangat banyak yang dapat memakan waktu hingga dua jam saat melaksanakannya. Bisa dibayangkan bagaimana keponya survei ini ketika responden ditanya berapa beras yang dihabiskan selama seminggu untuk keperluan rumah tangganya, makan ikan apa saja, ada membeli perabotan rumah tangga apa tidak dalam sebulan terakhir, balita yang berada dirumah tangga tersebut sudah mendapat imunisasi apa belum, menggunakan alat kontrasepsi apa wanita yang berstatus kawin atau pernah kawin, sampai berapa batang rokok yang dihabiskan dalam seminggu.
Pada Susenas yang dilaksanakan bulan Maret 2017 ini juga ada pertanyaan mengenai akses terhadap makanan. Dimana tujuan pertanyaan ini adalah untuk memperkirakan prevalensi food insecurity. Food security adalah ketika semua orang, setiap saat, memiliki akses fisik, sosial dan ekonomi terhadap makanan yang cukup, aman dan bergizi yang memenuhi kebutuhan makanan mereka dan preferensi makanan untuk hidup aktif da sehat. Salah satu target pada SDG’s adalah mengakhiri kelaparan dan menjamin akses bagi semua orang, khususnya orang miskin dan rentan, termasuk bayi, untuk memperoleh makanan yang aman, bergizi dan cukup sepanjang tahun pada tahun 2030.
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan Badan Pusat Statistik (BPS) dua kali dalam setahun adalah satu-satunya survei yang mampu menangkap pola pengeluaran penduduk Indonesia, termasuk kelompok penduduk miskin. Dalam beberapa tahun terakhir, Susenas telah menangkap fakta menarik terkait pola pengeluaran penduduk miskin, yakni tingginya konsumsi rokok filter dan kretek. Sebagian besar pengeluaran/pendapatan penduduk miskin ternyata selain dialokasikan untuk membeli beras juga dialokasikan untuk membeli rokok. Hal ini tercermin dari kontribusi pengeluaran untuk rokok dalam perhitungan garis kemiskinan (GK). GK adalah batas rupiah minimum yang mesti dikeluarkan oleh setiap orang dalam sebulan agar tidak terkategori miskin. Penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan lebih kecil dari GK disebut miskin.
Susenas begitu banyak meracik indikator sosial dan ekonomi, komponen penuyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) seperti rata-rata lama sekolah, harapan lama sekolah serta komponen standar hidup layak berupa pengeluaran riil yang disesuaikan dengan paritas daya beli berumber dari Susenas.
Begitu luar biasa banyaknya data yang dapat dihasilkan oleh survei ini, kumpulan data yang dapat menjadi acuan dalam menggerakan roda pembangunan negeri ini. Perjuangan rekan-rekan pengumpul data juga perlu mendapat apresiasi, bagaimana ketika mereka harus menahan teriknya sengatan matahari atau dinginnya guyuran air hujan yang menemani mereka saat mengumpulkan data dilapangan. Sebuah kesungguhan dalam mengemban amanah untuk menyediakan data yang berkualitas. 
Hingga tidaklah berlebihan jika kita katakan apabila ada the power of love dalam cerita romeo dan juliet atau rama dan shinta, maka ada the power of susenas dalam menentukan kebijakan pembangunan di bidang sosial ekonomi negeri ini.