Sabtu pagi ini masih seperti sabtu pagi minggu-minggu yang
lalu. Rutinitas bangun pagi, sarapan, mengantar kedua buah hati berangkat
sekolah dan kemudian membaca koran. Tapi menjadi istimewa ketika mata ini membaca sebuah judul berita
“Gakopindo Keluhkan Akurasi Data BPS”, korsa penulis sebagai seorang statistisi
tersulut, keinginan untuk meluruskan bangkit. Sebagai sebuah produk manusia
data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mungkin banyak mengalami kekurangan, tapi
dari pernyataan ketua umum Gabungan Koperasi Produsen Tahu dan Tempe Indonesia
(Gakopindo) dapat membentuk opini yang salah terhadap data yang dihasilkan oleh
BPS. Statistik yang tidak akurat bakal memberi gambaran yang keliru mengenai
arah pembangunan ekonomi nasional. Kita bisa saja menyangka tengah bergerak ke
arah kemajuan. Padahal faktanya, hal tersebut hanyalah ilusi yang disajikan
oleh angka-angka statistik. Sebaliknya, kita justru tengah mengalami stagnasi
atau bergerak ke arah yang salah dan berlawanan.
Peran strategis data-data statistik dewasa ini juga memberi
konfirmasi bahwa statistik resmi yang dirilis BPS harus obyektif. Pasalnya,
statistik tersebut ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi, ia dapat menjadi
dasar bagi pemerintah untuk mengklaim keberhasilannya dalam menjalankan roda
pembangunan. Namun di sisi lain, angka yang dirilis BPS juga dapat menjadi
senjata ampuh pihak oposisi untuk mengkritisi dan menyerang kinerja pemerintah.
Pertanyaannya kemudian, bagaimana cara mengevaluasi angka
produksi yang ketinggian tersebut, apa yang harus dievaluasi? Untuk menjawab
pertanyaan ini tentu harus dipahami terlebih dahulu bagaimana sebetulnya angka
produksi kedelai nasional itu dihitung. Dengan demikian, bagian mana yang harus
dievaluasi dan perlu dibenahi bisa ditemukan.
Penghitungan produksi kedelai berdasarkan dua komponen, yaitu
produktivitas dan luas panen, dimana kedua komponen ini diperoleh dari sistem
pengumpulan data yang berbeda. Mantan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sugito
Suwito menyebutnya sebagai hasil kompromi dua sistem yang berbeda: laporan
administrasi (administrative records)
dan pengukuran obyektif (objective
measurement) dengan menggunakan pendekatan metode statistik (probability sampling).
Dalam prakteknya, perhitungan luas panen menjadi
tanggungjawab instansi lain. Penaksiran luas panen dilakukan sepenuhnya oleh
aparat instansi diluar BPS dengan menggunakan pendekatan melalui sistem blok
pengairan, penggunaan bibit, dan berdasarkan pandangan mata (eye estimate) di sawah. Belakangan,
pendekatan yang terakhir merupakan cara yang paling sering digunakan. Dengan
cara seperti itu hasil penaksiran tentu sangat subyektif dan sulit diuji secara
statistik akurasinya. Pengalaman dan jam terbang petugas juga sangat menentukan
akurasi hasil penaksiran luas panen.
Sementara itu, data produktivitas merupakan tanggung jawab
BPS. Penaksiran produktivitas dilakukan melalui survei statistik dengan
mengobservasi sampel plot ubinan yang dipilih menurut kaidah statistik.
Pemilihan sampel dilakukan oleh BPS. Hasil pengukuran luas panen dan
produktivitas kemudian diolah oleh BPS untuk menghasilkan angka produksi kedelai
nasional (official statistics) yang
kemudian disebut sebagai “angka BPS”. Penyebutan angka BPS membawa konsekuensi
bahwa apapun yang terjadi pada angka tersebut, terutama soal akurasi dan
validitasnya, BPS yang harus bertanggung jawab, BPS yang harus “pasang badan”.
Begitulah gambaran singkat bagaimana produksi kedelai nasional dihitung.
Kalau mau jujur, jika diasumsikan angka produksi kedelai yang
ada selama ini menderita overestimate,
kontributor utamanya adalah angka luas panen yang jauh dari akurat. Betapa
tidak, perkiraan luas panen masih mengandalkan metode pandangan mata (eye estimate). Menyadari hal tersebut,
saat ini BPS sedang melakukan ujicoba untuk mengembangkan metode penaksiran
luas panen yang berbasis objective
measurement, seperti pemanfaatan data citra satelit dan pendekatan
wawancara terhadap rumah tangga. Semoga ikhtiar yang baik ini menemui
tujuannya, yakni menghasilkan metode perhitungan luas panen yang lebih akurat.