Menyaksikan acara di salah satu televisi swasta beberapa
waktu lalu harus diakui melukai dan membuat sakit hati saya selaku insan BPS
(Badan Pusat Statistik). Tudingan bahwa data telah diutak-atik demi kepentingan
tertentu membuat saya selaku juru potret data merasa miris. Dimana kredibilitas
BPS selaku penyedia data statistik dipertanyakan. Sakit memang, tapi kritik
memang harus diambil hikmahnya. Berusaha memperbaiki diri serta menjelaskan
kepada khalayak luas bagaimana sebenarnya menghasilkan sebuah data yang
berkualitas.
Untuk menyediakan statistik yang berkualitas bagi pembangunan
bangsa, BPS melakukan pengumpulan data melalui berbagai sensus dan survei.
Sensus dilakukan dengan mencacah semua unit populasi di seluruh wilayah
Republik Indonesia untuk memperoleh karakteristik populasi pada saat tertentu.
Sedangkan survei dilakukan dengan mencacah sampel untuk memperkirakan
karakteristik populasi. Dari berbagi sensus dan survei inilah kemudian
dihasilkan data-data seperti jumlah penduduk dan karakteristiknya, tingkat
pengangguran, inflasi, pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk miskin, dan lain
sebagainya.
Dalam pelaksanaan pengumpulan data BPS lebih banyak
melakukannya melalui survei ketimbang sensus. Hal ini dikarenakan biaya yang
harus dikeluarkan untuk sensus sangat mahal bila dibandingkan dengan survei
yang hanya mencacah sebagian unit populasi. Sensus penduduk, Sensus Pertanian
dan Sensus Ekonomi menghabiskan biaya triliunan rupiah. Itulah sebabnya, kenapa
sensus hanya dilakukan 10 tahun sekali berdasarkan rekomendasi PBB. Harus
diakui bahwa pengumpulan data melalui survei menghasilkan data yang terbatas,
tetapi BPS berusaha memaksimalkan penggunaannya.
Dalam menyelenggarkan kegiatan statistik, BPS sadar bahwa
data yang dihasilkan akan menentukan arah pembangunan negara ini. Oleh karena
itu sebagai warga negara yang mencintai bangsa dan negaranya, segenap
statistisi BPS berusaha semaksimal mungkin mempersembahkan data yang
akurat. Ketika melakukan kegiatan
statistik harus selalu patuh pada prinsip-prinsip ilmiah (kaidah ilmu
statistik) dan senantiasa menjadikan kejujuran diatas segalanya. Tugas kami
hanya memotret kondisi yang ada dan menyajikannya tanpa polesan untuk
mempercantik. Merekayasa data pantang buat segenap insan BPS.
Dimanapun kita tidak akan mendapatkan satupun sensus atau
survei yang benar-benar sempurna, bebas dari kesalahan dan kekurangan. Oleh Karena
itu, para pengguna data seharusnya sadar bahwa data statistik pada dasarnya
hanyalah sebuah perkiraan yang diupayakan sebisa mungkin tidak jauh berbeda
dengan nilai yang diperkirakan melalui penerapan seperangkat metode ilmiah,
bukan sebuah kebenaran absolut yang tidak mengandung kesalahan. Ada dua jenis
kesalahan (error) yang sudah pasti
terjadi dalam setiap kegiatan statistik, yakni sampling error dan non
sampling error. Dua hal ini sangat penting untuk dipahami oleh pengguna
data. Sampling error adalah kesalahan yang hanya terjadi ketika kita melakukan
pengumpulan data lewat suatu survei. Kesalahan ini muncul karena kita hanya
mencacah (mendata) sebagian populasi untuk mengestimasi atau memperkirakan
karakteristik populasi. Yang namanya perkiraan, sudah pasti tidak ada yang
tepat 100 persen. Kesalahan akan selalu ada. Sampling error dapat ditekan melalui penggunaan teknik penarikan
sampel yang tepat dan memperbesar ukuran sampel. Untuk yang terakhir ini
dibutuhkan tambahan biaya.
Sementara itu, non
sampling error adalah kesalahan yang berhubungan dengan teknis pengumpulan
data di lapangan, sumbernya bisa dari pencacah (pengumpul data) dan atau responden
(sumber data). Contoh non sampling error
yang kerap kali terjadi adalah responden tidak terdata atau lewat cacah, serta
isian kuesioner yang salah karena kelalaian petugas atau jawaban responden yang
tidak benar. Hal ini juga masih ditambah dengan keengganan responden dalam
menerima petugas pendata dan menjawab isian dari kuesioner dalam kegiatan
survei maupun sensus.
Kalaupun kualitas data BPS yang ada sekarang
belum sepenuhnya sesuai dengan harapan publik, maka hendaknya jangan hanya BPS
yang disalahkan, karena pihak lain sedikit banyak juga memiliki andil
didalamnya. Untuk itu, saya berharap semua pihak mau bekerjasama dengan baik
ketika menjadi responden pada setiap sensus dan survei yang dilaksanakan oleh
BPS demi terwujudnya statistik berkualitas untuk pembangunan bangsa. Sehingga
tudingan mengutak-atik data demi kepentingan golongan tidak akan pernah ada
disetiap benak pengguna data.