Rabu, 03 Februari 2021

MELIRIK ANGKA KEMISKINAN KALTIM

 

Masalah kemiskinan bukanlah hal yang baru di Indonesia. Meskipun demikian, masalah kemiskinan selalu aktual untuk dibahas. Sebab, meskipun telah berjuang puluhan tahun untuk membebaskan diri dari kemiskinan, kenyataan menunjukan bahwa Indonesia belum bisa melepaskan diri dari belenggu kemiskinan.

Program pengentasan kemiskinan seringkali tidak mampu mendorong kemandirian masyarakat miskin. Hal ini karena pada umumnya program-program tersebut diberikan kepada masyarakat miskin yang tidak memahami bagaimana mereka harus mengelola bantuan yang diberikan. Pendekatan yang demikian tentu berakibat negatif karena bantuan yang mereka terima tidak dimanfaatkan untuk kegiatan produktif yang dapat memberikan dampak keberlanjutan melainkan untuk kebutuhan-kebutuhan yang sering bersifat konsumtif.

Kemiskinan kronis memiliki ciri utama derajat kapabilitas yang rendah pada tingkat pendidikan dan kesehatan. Hal ini mengakibatkan program pengentasan rakyat miskin yang bersifat pemberdayaan tidak akan berpengaruh banyak dalam mendorong mereka keluar dari kemiskinan.

Kemiskinan adalah sesuatu yang sangat multidimensional dan memang sulit untuk diukur. Diantara banyak definisi yang ada, Badan Pusat Statistik (BPS) menghitung kemiskinan sebagai gejala economic poverty yaitu ketidakmampuan dari sisi ekonomi yang diukur dengan pendekatan pengeluaran makanan, ditambah kemampuan memenuhi kebutuhan dasar nonmakanan (pendidikan, kesehatan dasar, perumahan dan sandang).

Penggunaan pendekatan pengeluaran dengan kebutuhan dasar kalori dan kebutuhan dasar nonmakanan sudah lama diadopsi oleh banyak negara. Pengukuhan yang lebih kuat penggunaan metode ini didasarkan rekomendasi PBB setelah pertemuan yang diprakarsai oleh FAO dan WHO dalam Human Energy Requirement : Expert Consultation, yang dilaksanakan di Roma, Italia, tahun 2001 dan 2005.

Berdasarkan perhitungan Badan Pusat Statistik jumlah penduduk miskin di Kalimantan Timur pada Maret 2020 tercatat sebesar 230,26 ribu (6,10 persen).  Jika dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2019 sebesar 220,91 ribu (5,91 persen), berarti jumlah penduduk miskin secara absolut bertambah sebanyak 9,35 ribu orang dan secara persentase bertambah sebesar 0,19  persen. (Berita Resmi Statistik, Tingkat Kemiskinan Di Kalimantan Timur Maret 2020, BPS Kaltim, 2020).

Jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan dan perdesaan mengalami kenaikan, baik secara absolut maupun persentase. Selama  periode September 2019 hingga Maret 2020 penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 5,11 ribu orang dari 108,16 ribu orang pada September 2019 menjadi            113,27 ribu orang pada Maret 2020 dan secara persentase naik 0,16 persen poin. Penduduk miskin di daerah perdesaan naik sebanyak 4,24 ribu orang dari 112,75 ribu orang pada September 2019 menjadi 116,99 ribu orang pada Maret 2020 dan secara persentase naik sebesar 0,25 persen poin.

Permasalahan ini disebabkan karena terjadi peningkatan Garis Kemiskinan yang tidak dibarengi dengan peningkatan pengeluaran konsumsi masyarakat, khususnya pada masyarakat berstatus hampir miskin.  Kenaikan beberapa harga komoditas yang sering dikonsumsi masyarakat seperti beras, rokok kretek filter, gula pasir juga menjadi salah satu penyebab menurunnya daya beli masyarakat pada golongan masyarakat kurang mampu sehingga penduduk hampir miskin jatuh ke dalam status penduduk miskin.

Selama September 2019 sampai dengan Maret 2020, garis kemiskinan naik sebesar 3,70 persen, dari Rp 638.690,- per kapita per bulan menjadi Rp 662.302 per kapita per bulan. Dimana Garis Kemiskinan Makanan (GKM) menyumbang sebesar 70,03 persen terhadap Garis Kemiskinan (GK).

Berbagai upaya pengentasan kemiskinan perlu dilakukan secara simultan agar penduduk miskin merdeka dari belenggu kemiskinannya. Pemerataan infrastruktur yang selama ini digalakkan pemerintah Kalimantan Timur harus mengutamakan daerah pinggiran dan pedesaan mengingat kemiskinan lebih banyak terjadi di pedesaan. Program padat karya tunai dengan pemanfaatan dana desa bisa menjadi pendorong dalam mengurangi kemiskinan, terutama di pedesaan. Demikian juga memberikan ruang yang luas dalam inovasi dan kreativitas akan mengangkat harkat martabat negara ini.

Pandemi yang hingga saat ini masih berlangsung  membuat kita harus berjuang lebih keras untuk terlepas dari belenggu kemiskinan, saat ini kita jatuh tetapi jangan pernah menyerah. Kemiskinan harus segera dientaskan, agar Kaltim Bangkit tidak hanya menjadi sekedar semboyan belaka dan Indonesia kembali menjadi Macan Asia.