Masalah kemiskinan bukanlah
hal yang baru di Indonesia. Meskipun demikian, masalah kemiskinan selalu aktual
untuk dibahas. Sebab, meskipun telah berjuang puluhan tahun untuk membebaskan
diri dari kemiskinan, kenyataan menunjukan bahwa Indonesia belum bisa
melepaskan diri dari belenggu kemiskinan.
Program pengentasan
kemiskinan seringkali tidak mampu mendorong kemandirian masyarakat miskin. Hal
ini karena pada umumnya program-program tersebut diberikan kepada masyarakat
miskin yang tidak memahami bagaimana mereka harus mengelola bantuan yang
diberikan. Pendekatan yang demikian tentu berakibat negatif karena bantuan yang
mereka terima tidak dimanfaatkan untuk kegiatan produktif yang dapat memberikan
dampak keberlanjutan melainkan untuk kebutuhan-kebutuhan yang sering bersifat
konsumtif.
Kemiskinan
kronis memiliki ciri utama derajat kapabilitas yang rendah pada tingkat
pendidikan dan kesehatan. Hal ini mengakibatkan program pengentasan rakyat
miskin yang bersifat pemberdayaan tidak akan berpengaruh banyak dalam mendorong
mereka keluar dari kemiskinan.
Kemiskinan adalah
sesuatu yang sangat multidimensional dan memang sulit untuk diukur. Diantara
banyak definisi yang ada, Badan Pusat Statistik (BPS) menghitung kemiskinan
sebagai gejala economic poverty yaitu ketidakmampuan dari sisi ekonomi
yang diukur dengan pendekatan pengeluaran makanan, ditambah kemampuan memenuhi kebutuhan
dasar nonmakanan (pendidikan, kesehatan dasar, perumahan dan sandang).
Penggunaan
pendekatan pengeluaran dengan kebutuhan dasar kalori dan kebutuhan dasar
nonmakanan sudah lama diadopsi oleh banyak negara. Pengukuhan yang lebih kuat
penggunaan metode ini didasarkan rekomendasi PBB setelah pertemuan yang
diprakarsai oleh FAO dan WHO dalam Human Energy Requirement : Expert
Consultation, yang dilaksanakan di Roma, Italia, tahun 2001 dan 2005.
Berdasarkan perhitungan
Badan Pusat Statistik jumlah penduduk miskin di Kalimantan Timur pada Maret
2020 tercatat sebesar 230,26 ribu (6,10 persen). Jika dibandingkan dengan penduduk miskin pada
September 2019 sebesar 220,91 ribu (5,91 persen), berarti jumlah penduduk
miskin secara absolut bertambah sebanyak 9,35 ribu orang dan secara persentase
bertambah sebesar 0,19 persen. (Berita
Resmi Statistik, Tingkat Kemiskinan Di Kalimantan Timur Maret 2020, BPS Kaltim,
2020).
Jumlah penduduk miskin
di daerah perkotaan dan perdesaan mengalami kenaikan, baik secara absolut
maupun persentase. Selama periode
September 2019 hingga Maret 2020 penduduk miskin di daerah perkotaan naik
sebanyak 5,11 ribu orang dari 108,16 ribu orang pada September 2019 menjadi 113,27 ribu orang pada Maret 2020
dan secara persentase naik 0,16 persen poin. Penduduk miskin di daerah
perdesaan naik sebanyak 4,24 ribu orang dari 112,75 ribu orang pada September
2019 menjadi 116,99 ribu orang pada Maret 2020 dan secara persentase naik
sebesar 0,25 persen poin.
Permasalahan ini disebabkan
karena terjadi peningkatan Garis Kemiskinan yang tidak dibarengi dengan
peningkatan pengeluaran konsumsi masyarakat, khususnya pada masyarakat
berstatus hampir miskin. Kenaikan
beberapa harga komoditas yang sering dikonsumsi masyarakat seperti beras, rokok
kretek filter, gula pasir juga menjadi salah satu penyebab menurunnya daya beli
masyarakat pada golongan masyarakat kurang mampu sehingga penduduk hampir
miskin jatuh ke dalam status penduduk miskin.
Selama September 2019
sampai dengan Maret 2020, garis kemiskinan naik sebesar 3,70 persen, dari Rp
638.690,- per kapita per bulan menjadi Rp 662.302 per kapita per bulan. Dimana
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) menyumbang sebesar 70,03 persen terhadap Garis
Kemiskinan (GK).
Berbagai
upaya pengentasan kemiskinan perlu dilakukan secara simultan agar penduduk
miskin merdeka dari belenggu kemiskinannya. Pemerataan
infrastruktur yang selama ini digalakkan pemerintah Kalimantan Timur harus
mengutamakan daerah pinggiran dan pedesaan mengingat kemiskinan lebih banyak
terjadi di pedesaan. Program padat karya tunai dengan pemanfaatan dana desa
bisa menjadi pendorong dalam mengurangi kemiskinan, terutama di pedesaan. Demikian juga
memberikan ruang yang luas dalam inovasi dan kreativitas akan mengangkat harkat
martabat negara ini.
Pandemi
yang hingga saat ini masih berlangsung
membuat kita harus berjuang lebih keras untuk terlepas dari belenggu
kemiskinan, saat ini kita jatuh tetapi jangan pernah menyerah. Kemiskinan harus
segera dientaskan, agar Kaltim Bangkit tidak hanya menjadi sekedar semboyan
belaka dan Indonesia kembali menjadi Macan Asia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar