Jumat, 19 Januari 2018

BERAS MENUAI CEMAS

Di awal tahun 2018 ini masyarakat dikejutkan dengan kenaikan harga beras. Kenaikan harga dianggap tidak wajar karena melambung jauh dari harga eceran tertinggi yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Beras merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk bumi pertiwi ini. Beras juga merupakan salah satu bahan makanan penyumbang garis kemiskinan dan sangat berpengaruh kepada inflasi sehingga kenaikan harga beras sudah pasti akan membuat cemas semua kalangan.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sampai dengan minggu ke-II Januari 2018 ini, kenaikan harga beras di pasar sudah naik sekitar 3 persen. Peningkatan tersebut dianggap BPS sudah dalam kategori mengkhawatirkan atau mencemaskan. Akhir Desember 2017 lalu, kontribusi beras terhadap inflasi sebesar 0,08 persen.
Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, harga rata-rata beras jenis medium di Jakarta mencapai Rp 14.100 per kilogram, melampaui HET yang ditetapkan sebesar Rp 9.450 per kilogram.
Sementara itu, harga rata-rata tertinggi beras jenis medium terdapat di wilayah Papua Barat sebesar Rp 14.250 per kilogram atau melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET) sebesar Rp 10.250 per kilogram. Adapun harga terendah ada di Nusa Tenggara Barat (NTB) mencapai Rp 9.750 per kilogram, melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET) sebesar Rp 9.450 per kilogram.
Ada banyak hal yang menyebabkan naiknya harga beras ini, kalau kita mau jujur mari kita lihat bahwa saat ini luas baku sawah yang ada semakin berkurang karena alih fungsi lahan, pekerjaan sebagai petani pun semakin tidak diminati. Para petani yang ada sekarang adalah para petani yang sudah berusia lanjut, tidak ada regenarasi petani.
Berdasarkan hasil Sensus Pertanian 2013, Badan Pusat Statistik (BPS) mendata jutaan petani di Indonesia dalam kelompok usia. Dari total 26.135.469 petani yang saat itu terdata, kelompok usia 45-54 tahun memiliki jumlah absolut terbanyak 7.325.544 orang.
Jumlah terbesar kedua pada kelompok usia 35-44 tahun sebanyak 6.885.100 orang dan jumlah ketiga dan keempat pada kelompok usia lebih tua lagi, yakni 55-64 tahun sebanyak 5.229.903 orang. Sementara kelompok usia lebih dari 65 tahun sebanyak 3.332.038 petani.
Adapun jumlah petani muda di kelompok 25-35 sebanyak 3.129.644 orang. Semakin usia ke bawah pun semakin sedikit. Pada kelompok usia 15-24 tahun, jumlah petani hanya 229.943 orang. Jumlah paling sedikit pada kelompok di bawah usia 15 tahun, yakni 3.297 orang.
Angkatan muda yang enggan mengolah lahan membuat jumlah petani menyusut hingga 5 juta orang dalam kurun 2003-2013. Jika diringkas, 60,8 persen petani di Indonesia berada dalam usia di atas 45 tahun. Usia produktif seseorang sudah menurun cukup drastis pada usia sepuh seperti itu. Apalagi 73,97 persennya berpendidikan hanya sampai SD. Daya saing mereka tentu lebih rendah dalam strategi bertani gaya modern.
Selain penurunan luas baku lahan sawah dan jumlah petani yang semakin turun  cuaca juga berpengaruh sangat signifikan dalam melambungnya harga beras ini. Manajemen stok beras juga harus dibenahi, hingga industri hulu ke hilirnya bisa menjadi lebih baik.
Data produktivitas pun turut andil dalam kisruh harga beras ini. Data yang kurang tepat menjadikan kesalahan dalam pengambilan kebijakan oleh pemerintah. Data luas panen yang selama ini dipertanyakan metodenya mulai tahun ini akan diperbaiki dengan dilaksanakannya survei perhitungan luas panen dengan bantuan citra satelit. Peramalan luas panen akan dihitung dengan metode Kerangka Sampel Area (KSA). Sistem ini berbasis teknologi Sistem Informasi Geografi (SIG), penginderaan jauh, teknologi informasi, dan statistika.
Dengan perbaikan sistem pertanian dan peningkatan kesadaran seluruh pihak terkait tentang pentingnya ketahanan pangan, diharapkan kenaikan harga beras akan dapat dicegah dan kemakmuran petani akan mampu ditingkatkan. Tanpa fokus terhadap yang terpenting, yakni pemenuhan pangan sebagai kebutuhan dasar, akan sulit mencapai kemakmuran dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat sebagaimana disebutkan di dalam pembukaan UUD’45. kita harus jernih melihat suatu persoalan, sehingga bisa mengambil keputusan yang tepat sampai ke akar permasalahan. Kerja sama dan kejujuran setiap pihak dalam melihat krisis sangat diperlukan untuk adanya perubahan ke arah yang lebih baik. 
Semoga kedepannya harga beras sebagai salah satu bahan makanan pokok penduduk Indonesia selalu dapat terkendali sehingga tidak ada lagi cerita beras yang membuat cemas.