Pertanian adalah pencarian yang paling bijaksana karena pada akhirnya itulah yang paling banyak berkonstribusi pada kekayaan, moral baik, dan kebahagiaan (Thomas Jefferson)
Sektor pertanian membuktikan diri cukup tangguh selama pandemi
COVID-19. Sektor ini tetap bersemi dikala sektor lain mengalami kontraksi cukup
dalam. Tumbuh positif dan berkonstribusi sebesar 1,75 persen pada pertumbuhan
ekonomi 2020. Dalam Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia memberikan kontribusi
sebesar 12 – 14 persen sejak tahun 2014 hingga 2020. Sektor pertanian menjadi
sektor terbesar kedua setelah industri pengolahan di dalam struktur PDB
Indonesia. Sebanyak 29,46 persen tenaga kerja Indonesia bekerja pada sektor
pertanian, terbesar dari seluruh lapangan pekerjaan utama di Indonesia. Dari angka
tersebut, dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk Indonesia masih
menggantungkan keberlangsungan hidupnya di sektor pertanian.
Dalam menyusun perencanaan pembangunan di sektor pertanian diperlukan
data-data terkait indikator pembangunan sektor pertanian. Data tersebut dapat
menjadi dasar bagi pemerintah di dalam menghasilkan kebijakan yang tepat
sasaran dan berkesinambungan. Akan tetapi, ketersediaan data pertanian di
Indonesia belum sepenuhnya mampu mengakomodasi kebutuhan data pertanian yang
dibutuhkan oleh pemerintah.
Global Strategy merekomendasikan adanya
Survei Pertanian Terintegrasi (SITASI) sebagai bagian dari Strategic Plan
for Agricultural and Rural Statistics (SPARS). SITASI merupakan survei yang
dapat mengintegrasikan data-data pertanian sehingga mampu memenuhi kebutuhan
strategis pertanian. Pelaksanaan SITASI yang dilaksanakan pada tahun 2021 oleh
BPS berpedoman pada Agricultural Integrated Survey (AGRIS) yang telah
dilakukan oleh lembaga pangan dunian (FAO).
Survei Pertanian Terintegrasi bertujuan untuk menyamakan metodologi
pengumpulan data pertanian secara internasional. Lainnya, SITASI juga bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan data pertanian, menjadikan dasar sistem statistik
pertanian yang efisien, dan membangun survei pertanian berkelanjutan. Pemenuhan
kebutuhan data pertanian meliputi minimum set of core data, pemenuhan
kebutuhan data untuk perencanaan kebijakan pemerintah dalam pembangunan
pertanian, dan pemenuhan kebutuhan data pertanian untuk keperluan penelitian.
SITASI juga dapat digunakan sebagai monitoring dan evaluasi pencapaian target
SDGs khususnya di sektor pertanian di dalam mengestimasi data pertanian pada
level provinsi hingga kabupaten/kota.
Terdapat empat pilar utama statistik pertanian, yaitu produksi
tanaman dan ternak, keadaan sosial ekonomi petani, ongkos produksi, dan neraca
pertanian nasional. Data-data ini perlu dihasilkan dengan kualitas yang baik.
Data yang berkualitas harus memenuhi dimensi akurasi, aktualitas, aksesbilitas,
koherensi, keterbandingan, interpretabilitas dan relevansi.
Pertanian membentuk dasar dari masyarakat dan memainkan peran
penting dalam pembangunan sosial ekonomi negara. Tanpa kehadiran petani, dunia
akan terjadi kelaparan karena produsen makanan tidak ada. Perubahan paradigma
dan konsep juga perlu dilakukan dengan mengubah pendekatan ketahanan pangan ke
kedaulatan pangan. Kedaulatan pangan menempatkan petani kecil di puncak teratas
arus besar pembangunan pertanian. Upaya tersebut diharapkan dapat meneguhkan
narasi ketahanan pangan Indonesia, menuju pertanian berkelanjutan.
Tidaklah mudah mencatat petani dikala pandemi, rintangan dan ancaman
terpapar oleh virus COVID-19 mengintai petugas yang berjibaku dilapangan. Sikap
responden yang bersahabat menerima kedatangan petugas serta memberi keterangan
yang benar sangatlah penting agar survei ini berjalan dengan baik dan
memberikan hasil seperti yang diharapkan.
Semoga hasil SITASI/AGRIS
ini dapat menjadi One Stop Data Pertanian, serta dapat menutupi kesenjangan
antara kebutuhan dan ketersediaan data pertanian di Indonesia. Sehingga sektor
pertanian tetap terus bersemi dan menjadi kunci kedaulatan pangan. Indonesia tumbuh
menjadi negara yang berdaulat dan mandiri sebagai negara agraris.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar