Tahun 2020 kembali Indonesia
mengadakan pesta demokrasi secara serentak. Ada 270 daerah yang akan mengikuti
perhelatan akbar ini, terdiri dari 9 provinsi, 224 kabupaten dan 37 kota. Untuk
Kalimantan utara sendiri selain pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur akan ada
4 kabupaten yang akan melaksanakan pesta demokrasi pada tahun 2020 mendatang,
yaitu Bulungan, Nunukan, Malinau dan Tana Tidung. Hal ini tentunya membutuhkan
kesadaran demokrasi yang tinggi sehingga mampu mensukseskan proses demokrasi di
negeri ini. Pentingnya kesadaran berdemokrasi saat ini sejatinya merupakan
konsekuensi logis bahwa Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi
kebebasan berpendapat atau beropini, baik secara lisan maupun tulisan.
Keriuhan yang terjadi
belakangan ini tidak bisa diselesaikan dengan mengurangi kebebasan dasar yang
menjadi fondasi tegaknya demokrasi. Yang perlu dilakukan justru memperluas
kebebasan dengan menjamin hak setiap warga untuk tidak diperlakukan semena-mena
oleh orang lain atas dasar apapun. Serunya jargon politisi sentoloyo maupun politik
genderuwo yang mewarnai percaturan politik negeri ini hendaknya tetap membawa
arah kepada demokrasi yang sebenarnya, hingga demokrasi itu sendiri tidak
kehilangan makna.
Membicarakan soal kebebasan
perpendapat, tentunya menjadi salah satu indikator maju atau mundurnya
nilai-nilai demokrasi itu sendiri. Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Kalimantan
Utara tahun 2018 sebesar 81,07 dalam skala indeks 0 sampai 100. Angka ini
mengalami peningkatan 0,01 poin dibandingkan dengan IDI Kalimantan Utara 2017
yang capaiannya sebesar 81,06. Dengan peningkatan ini kategori demokrasi di
Kalimantan Utara berada dalam kategori “baik”. Pergeseran angka IDI ini menjadi
cerminan dinamika demokrasi di Kalimantan Utara. Sebagai alat ukur, IDI memang
dirancang untuk sensitif terhadap kondisi demokrasi. Indeks demokrasi
Kalimantan Utara menempati posisi terbaik keempat se Indonesia setelah DKI
Jakarta, Bali dan Nusa Tenggara Timur.
Pada tahun 2018, terdapat
dua aspek yang mengalami penurunan dan satu aspek mengalami kenaikan dibandingkan
tahun 2017. Dalam tiga aspek demokrasi yang diukur pada tahun 2018, indeks Kebebasan
sipil dan Lembaga Demokrasi mengalami penurunan masing-masing sebesar 1,21 poin
dan 9,98 poin dibandingkan tahun 2017. Sementara itu, nilai indeks aspek
Kebebasan sipil mengalami kenaikan 7,26 poin.
Dari 28 indikator penyusun
IDI terdapat 6 (enam) indikator yang
masih perlu mendapat perhatian khusus dari semua pihak agar nilainya dapat
membaik antara lain adalah masih ditemukan ancaman atau penggunaan kekerasan
oleh masyarakat yang menghambat kebebasan berkumpul dan berserikat, persentase
perempuan yang terpilih terhadap total anggota DPRD Provinsi, demonstrasi/mogok
yang bersifat kekerasan, Perda yang merupakan insiatif DPRD, rekomendasi DPRD
kepada ekskutif dan upaya penyediaan informasi APBD oleh pemerintah daerah.
Pembangunan demokrasi dan
politik merupakan hal yang penting dan terus diupayakan oleh pemerintah. Namun,
untuk mengukur pencapaiannya baik di tingkat daerah maupun pusat bukan suatu
hal yang mudah. Pembangunan demokrasi memerlukan data empirik untuk dapat
dijadikan landasan pengambilan kebijakan dan perumusan strategi yang spesifik
dan akurat. Untuk memberikan gambaran mengenai perkembangan demokrasi politik
di Indonesia sejak tahun 2009, Badan Pusat Statistik (BPS) bersama stakeholder
lain seperti Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan
(KEMENKOPOLHUKAM), Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), dan
Kementerian Dalam Negeri (KEMENDAGRI) merumuskan pengukuran IDI. IDI dapat
mengukur pencapaian pembangunan demokrasi dan politik, baik di tingkat daerah
maupun pusat.
Sebagai gambaran
perkembangan demokrasi politik di Indonesia, IDI menjelma sebagai data empirik
untuk dapat menjadi landasan pengambilan kebijakan dan perumusan strategi yang
spesifik dan akurat. Data-data yang disampaikan oleh IDI berguna bagi
pemerintah daerah provinsi dan masyarakatnya untuk mengevaluasi diri sendiri
dalam melaksanakan demokrasi dan melakukan perbaikan-perbaikan untuk
meningkatkan kualitas penyelenggaraan demokrasi. Terdapat tiga aspek demokrasi
yang digunakan untuk mengukur tingkat capaian berdasarkan pelaksanaan dan
perkembangan demokrasi itu sendiri, diantaranya Kebebasan Sipil (Civil Liberty), Hak-Hak Politik (Political Rights), dan Lembaga-Lembaga
Demokrasi (Institution of Democracy).
IDI bertujuan untuk mengukur
secara kuantitatif tingkat perkembangan demokrasi. Dari
indeks tersebut akan terlihat perkembangan demokrasi sesuai
dengan ketiga aspek yang diukur. IDI
tidak hanya melihat gambaran demokrasi yang berasal dari sisi kinerja
pemerintah/birokrasi saja. Namun juga melihat perkembangan demokrasi dari aspek
peran masyarakat, lembaga legislatif (DPRD), partai politik, lembaga peradilan
dan penegak hukum. Oleh karena itu, perkembangan IDI merupakan tanggung jawab
bersama semua stakeholder, tidak hanya pemerintah saja.
Angka IDI yang terus
meningkat diharapkan menjadi sebuah barometer kualitas publik yang ikut serta
dalam proses demokrasi di kalimantan Utara. Bisa jadi kedepannya, proses
demokrasi yang baik, lancar dan penuh keamanan dan keadilan akan mampu berimplikasi
positif terhadap perekonomian yang ujungnya adalah meningkatkan citra Indonesia
sekaligus mengkondusifkan iklim investasi dalam negeri agar dapat mendongkrak
stabilitas ekonomi di bumi Kalimantan Utara.
Keren,
BalasHapushttps://fokusborneo.com