Pajak pertambahan
nilai (PPN) bakal naik dari 11 persen menjadi 12 persen mulai tahun depan.
Kenaikan ini sejalan dengan UU Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan
Perpajakan (HPP). Dalam kebijakan itu, ditetapkan PPN naik jadi 11 persen mulai
2022 dan menjadi 12 persen mulai 2025.
Analis Senior Indonesia Strategic and
Economic Action Institution Ronny P Sasmita mengatakan kenaikan PPN menjadi
12 persen akan berdampak kepada konsumsi rumah tangga. Kenaikan PPN tentu akan
membuat harga-harga jual barang dan jasa ikut naik.
Data Badan Pusat Statistik (BPS)
mencatat 40 persen masyarakat kelas menengah pada Maret 2024 memiliki
kontribusi sebesar 37 persen terhadap konsumsi nasional sehingga sepertiga
ekonomi bangsa ini bergantung pada masyarakat kelas menengah.
Masyarakat kelas menengah di Indonesia
kerap diandalkan sebagai tulang punggung, penggerak, dan pendorong perekonomian
nasional. Mereka adalah konsumen utama yang mendorong permintaan domestik,
investor kecil dan menengah, serta penggerak inovasi dan kewirausahaan.
Kenaikan beban biaya hidup telah
menggerus jumlah kelas menengah Indonesia. Sejumlah analis ekonomi mencatat
terjadi penurunan proporsi jumlah kelas menengah di Indonesia setelah pandemi
Covid-19. Menurut data Bank Mandiri, proporsi kelas menengah Indonesia pada
2019 masih mencapai 21,45 persen dari populasi. Namun, jumlah itu merosot pada
2023, menjadi 17,44 persen atau turun 4 persen dibandingkan dengan 2019.
Kelas menengah saat ini tengah menjadi
sorotan, seiring kondisi ekonomi dalam negeri yang tengah diwarnai fenomena
kenaikan harga bahan pangan, menurunnya pendapatan, hingga pemutusan hubungan
kerja atau PHK.
Dalam lima tahun terakhir tercatat
proporsi pengeluaran kelas menengah untuk hiburan dan kendaraan menurun,
sedangkan pengeluaran untuk makanan meningkat. Salah satu penyebab tingginya
pengeluaran makanan adalah kebijakan harga pangan. Harga beras tercatat terus
merangkak naik sejak 2022 dan terus mencetak rekor tertingginya. Dalam satu
tahun terakhir saja, harga beras sudah melesat hingga 20 persen, bahkan
menembus rekor tertinggi pada Maret 2024. Jika harga beras kembali meroket naik,
hal itu tentu akan semakin menambah beban masyarakat Indonesia, khususnya kelas
menengah untuk bertahan hidup.
Penurunan jumlah kelas menengah tersebut
perlu menjadi perhatian serius pemerintah. Hal ini karena peranan kelas
menengah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi sangat penting. Kelas menengah
merupakan target utama pasar barang dan jasa di dalam negeri. Jika jumlah
mereka turun, risiko perlambatan ekonomi pun tak terhindarkan.
Selama ini, pemerintahan memiliki
sejumlah jurus jitu dalam membantu masyarakat miskin, mulai dari penyediaan
kebutuhan pokok, bantuan langsung tunai, pengembangan sistem jaminan sosial,
hingga pengembangan budaya usaha. Namun, berbeda dengan kelompok bawah,
kelompok menengah di Indonesia dinilai masih minim perhatian. Belum banyak
kebijakan atau keberpihakan pemerintah kepada kelas menengah.
Untuk mencegah kelompok menengah dari resiko
turun kelas, pemerintah perlu memperkuat jaring pengaman sosial, memperluas
akses terhadap kredit dan dukungan bagi UMKM, serta investasi dalam pendidikan
dan kesehatan untuk meningkatkan daya saing dan produktivitas. Dan yang
terpenting sebaiknya memikirkan ulang kenaikan PPN pada tahun 2025 nanti,
sehingga kenaikan PPN tidak menjadi sebuah solusi untuk negara tetapi menjadi
beban baru untuk rakyat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar