Minggu, 23 Maret 2025

KISAH CINTA INFLASI, PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DAYA BELI

Ketika berita tentang pencairan Tunjangan Hari Raya (THR) secara resmi diumumkan oleh Presiden Republik Indonesia, jutaan pekerja di republik ini menyambut dengan antusias. Bonus tahunan ini dianggap sebagai rejeki tambahan yang digunakan untuk perayaan lebaran, tapi apakah THR ini mampu mendorong daya beli masyarakat karena ketidakstabilan ekonomi hari ini masih menjadi sebuah misteri.

Idealnya, bonus seperti THR tidak berfungsi sebagai expense untuk kebutuhan hidup namun menambah alokasi saving atau investasi. Sayangnya, tak dipungkiri bahwa kondisi ekonomi saat ini menjadi salah satu faktor mengapa THR habis tak tersisa.

THR secara signifikan meningkatkan jumlah uang beredar yang otomatis mengungkit daya beli masyarakat. Dengan naiknya peredaran uang di tengah masyarakat, secara teori ekonomi, dalam kondisi tertentu, dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, baik lewat konsumsi maupun investasi, sepanjang Bank Indonesia bisa menjaga dari sisi moneternya, misalnya dengan menjaga keseimbangan suku bunga dan volume uang beredar dengan baik. Akan tetapi ketika jumlah uang yang beredar meningkat lebih cepat daripada pertumbuhan produksi barang dan jasa, maka harga-harga akan naik secara konstan atau yang kita kenal dengan inflasi.

Pemerintah Indonesia untuk menggenjot laju pertumbuhan ekonominya, selalu menyimpan asa pada faktor musiman seperti hari-hari besar keagamaan atau bulan tertentu. Perekonomian Indonesia selama ini memang didominasi oleh konsumsi rumah tangga masyarakat. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) komponen belanja konsumsi rumah tangga masyarakat Indonesia sepanjang tahun 2024 mencapai Rp11.964 triliun. Artinya, konsumsi rumah tangga masyarakat berkontribusi sebesar 54,04 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) yang mencapai Rp22.139 triliun.

Meskipun pemerintah sangat berharap Ramadan dan Lebaran 2025 menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi nasional di kuartal I-2025, agar tidak jatuh di bawah angka 4,9 persen, menggantungkan asa pertumbuhan ekonomi pada konsumsi rumah tangga harus diwaspadai.

Daya beli masyarakat sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tingkat pendapatan dan inflasi. Jika masyarakat kehilangan pekerjaan dan berkurangnya mesin pertumbuhan lantaran efisiensi anggaran, tingkat pendapatan masyarakat tidak mengalami kenaikan, maka daya beli masyarakat akan tergerus dan konsumsi akan menurun. Meskipun, inflasi kini tak terlalu menjadi momok mengingat,dalam dua bulan terakhir malah deflasi yang menurut BPS tercatat sebesar 0,76 persen pada Januari 2025 dan 0,48 persen pada Februari 2025.

Tahun ini, banyak pihak meragukan bahwa ”kisah cinta” antara inflasi, pertumbuhan ekonomi dan daya beli ini akan kembali bersemi. Inflasi, yang seringkali menjadi 'orang ketiga' dalam hubungan mesra antara daya beli dan ekspektasi pertumbuhan ekonomi, kini menunjukkan sinyal yang berbeda.

Deflasi yang tercatat pada awal tahun 2025, yang sebagian besar dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah seperti diskon tarif listrik, telah mengubah lanskap ekonomi. Beberapa kebijakan pemerintah saat ini membuat kisah cinta ini menjadi lebih rumit. Kebijakan efesiensi dan badai gelombang PHK pada beberapa industri padat karya membuat ending yang tak terduga. Dimana faktor-faktor eksternal dan kebijakan pemerintah memainkan peran yang sangat mempengaruhi hubungan ketiganya.

Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, pengendalian inflasi, dan daya beli masyarakat. Hal ini meliputi evaluasi kebijakan efisiensi anggaran, dukungan terhadap industri padat karya, dan pengelolaan ekspektasi inflasi di tengah peningkatan permintaan musiman. 

Pemerintah juga perlu memperkuat faktor-faktor ekonomi yang lebih fundamental, seperti investasi dan produktivitas, untuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Hingga akhirnya negara ini bisa menjadi negara yang ”terus terang terang terus” sebagaimana sebuah iklan produk lampu.

Selasa, 03 Desember 2024

PPN NAIK, KELAS MENENGAH TURUN MENUKIK


Pajak pertambahan nilai (PPN) bakal naik dari 11 persen menjadi 12 persen mulai tahun depan. Kenaikan ini sejalan dengan UU Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP). Dalam kebijakan itu, ditetapkan PPN naik jadi 11 persen mulai 2022 dan menjadi 12 persen mulai 2025.

Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution Ronny P Sasmita mengatakan kenaikan PPN menjadi 12 persen akan berdampak kepada konsumsi rumah tangga. Kenaikan PPN tentu akan membuat harga-harga jual barang dan jasa ikut naik.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat 40 persen masyarakat kelas menengah pada Maret 2024 memiliki kontribusi sebesar 37 persen terhadap konsumsi nasional sehingga sepertiga ekonomi bangsa ini bergantung pada masyarakat kelas menengah.

Masyarakat kelas menengah di Indonesia kerap diandalkan sebagai tulang punggung, penggerak, dan pendorong perekonomian nasional. Mereka adalah konsumen utama yang mendorong permintaan domestik, investor kecil dan menengah, serta penggerak inovasi dan kewirausahaan.

Kenaikan beban biaya hidup telah menggerus jumlah kelas menengah Indonesia. Sejumlah analis ekonomi mencatat terjadi penurunan proporsi jumlah kelas menengah di Indonesia setelah pandemi Covid-19. Menurut data Bank Mandiri, proporsi kelas menengah Indonesia pada 2019 masih mencapai 21,45 persen dari populasi. Namun, jumlah itu merosot pada 2023, menjadi 17,44 persen atau turun 4 persen dibandingkan dengan 2019.

Kelas menengah saat ini tengah menjadi sorotan, seiring kondisi ekonomi dalam negeri yang tengah diwarnai fenomena kenaikan harga bahan pangan, menurunnya pendapatan, hingga pemutusan hubungan kerja atau PHK.

Dalam lima tahun terakhir tercatat proporsi pengeluaran kelas menengah untuk hiburan dan kendaraan menurun, sedangkan pengeluaran untuk makanan meningkat. Salah satu penyebab tingginya pengeluaran makanan adalah kebijakan harga pangan. Harga beras tercatat terus merangkak naik sejak 2022 dan terus mencetak rekor tertingginya. Dalam satu tahun terakhir saja, harga beras sudah melesat hingga 20 persen, bahkan menembus rekor tertinggi pada Maret 2024. Jika harga beras kembali meroket naik, hal itu tentu akan semakin menambah beban masyarakat Indonesia, khususnya kelas menengah untuk bertahan hidup.

Penurunan jumlah kelas menengah tersebut perlu menjadi perhatian serius pemerintah. Hal ini karena peranan kelas menengah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi sangat penting. Kelas menengah merupakan target utama pasar barang dan jasa di dalam negeri. Jika jumlah mereka turun, risiko perlambatan ekonomi pun tak terhindarkan.

Selama ini, pemerintahan memiliki sejumlah jurus jitu dalam membantu masyarakat miskin, mulai dari penyediaan kebutuhan pokok, bantuan langsung tunai, pengembangan sistem jaminan sosial, hingga pengembangan budaya usaha. Namun, berbeda dengan kelompok bawah, kelompok menengah di Indonesia dinilai masih minim perhatian. Belum banyak kebijakan atau keberpihakan pemerintah kepada kelas menengah.

Untuk mencegah kelompok menengah dari resiko turun kelas, pemerintah perlu memperkuat jaring pengaman sosial, memperluas akses terhadap kredit dan dukungan bagi UMKM, serta investasi dalam pendidikan dan kesehatan untuk meningkatkan daya saing dan produktivitas. Dan yang terpenting sebaiknya memikirkan ulang kenaikan PPN pada tahun 2025 nanti, sehingga kenaikan PPN tidak menjadi sebuah solusi untuk negara tetapi menjadi beban baru untuk rakyat.

Minggu, 24 November 2024

PENDIDIKAN KARAKTER ANAK BANGSA

 

Pertanyaan tentang kualitas pendidikan di Indonesia telah menjadi perdebatan yang terus-menerus, memunculkan keraguan, kekhawatiran, namun juga harapan akan masa depan pendidikan di negeri ini. Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan merupakan fondasi utama pembangunan suatu bangsa. Oleh karena itu, penilaian terhadap kualitas pendidikan di Indonesia tidak bisa hanya dilihat dari satu sisi. 

Kurikulum pendidikan yang seringkali berubah juga menjadi perdebatan panjang dalam dunia pendidikan. Meskipun bertujuan untuk meningkatkan relevansi dan kualitas pembelajaran, namun perubahan yang terlalu sering dapat menyebabkan ketidakstabilan dan kebingungan di kalangan guru dan siswa. Konsistensi dan keberlangsungan dalam implementasi kurikulum menjadi kunci dalam mencapai hasil pendidikan yang lebih baik.

Sebagai seorang pendidik, kita diibaratkan seperti petani yang menjaga dan merawat biji-biji tanaman yang ditanam di ladangnya. Analogi ini digambarkan dengan indah oleh Ki Hajar Dewantara dalam ucapannya, "Kalau sebutir jagung yang baik dasarnya jatuh pada tanah yang baik, banyak airnya, dan mendapat sinar matahari yang cukup, maka pemeliharaan dari petani tentu akan menambah baiknya keadaan tanaman."

Ini menggambarkan pentingnya peran seorang pendidik dalam memelihara dan menuntun potensi setiap siswa agar mereka dapat berkembang dengan optimal. Bagaimana kita merawat benih itu dengan cara yang penuh kesabaran dan keuletan, karena tidak setiap siswa datang dengan dasar yang sama. Lingkungan, pengaruh eksternal, dan bagaimana kita sebagai pendidik memberikan pemeliharaan adalah faktor penting dalam kesuksesan mereka.

Mengelola perilaku siswa yang memburuk adalah salah satu tugas tersulit yang dihadapi guru. Ketegasan adalah alat yang efektif untuk mengatasi perilaku ini. Namun penggunaan afirmasi diri harus hati-hati dan dibarengi dengan strategi yang tepat untuk mencapai hasil yang positif dan mendidik.

Seperti yang kita ketahui pada saat ini sedang marak kasus perundungan yang terjadi di sekolah. Bahkan perundungan ini sudah marak di jenjang sekolah dasar, yang notabenenya peserta didiknya merupakan anak di bawah umur. Perundungan ini terjadi karena ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhinya, diantaranya yaitu salah memilih pergaulan, memiliki masalah keluarga, pengaruh media sosial, dan kurangnya pengajaran mengenai pendidikan karakter sejak dini. Perilaku perundungan ini juga bisa terjadi karena awalnya iseng kemudian menjadi berkelanjutan. Perilaku perundungan ini juga akan mengakibatkan dampak yang cukup serius terhadap korbannya, korban menjadi malas untuk datang ke sekolah sehingga pada akhirnya ia akan mengalami penurunan dalam prestasi belajarnya. 

Perundungan ini merupakan bukti dari masih kurangnya pendidikan karakter yang tertanam pada anak tersebut. Maka dari itu pendidikan karakter ini sangat perlu diajarkan kepada anak sejak dini, agar mereka bisa memiliki rasa empati dan simpati yang tinggi, sehingga kasus perundungan di sekolah ini bisa diatasi atau bahkan tidak terjadi. Dengan begitu anak akan bisa mengetahui bagaimana caranya memanusiakan manusia. Sebagai orang tua atau guru, kita juga harus memberikan contoh yag baik kepada anak-anak kita, karena orang tua atau guru merupakan role model bagi para anak-anaknya. Dengan begitu mereka akan mencontoh kegiatan atau perilaku yang kita lakukan. Kita juga harus memberikan pemahaman terhadap anak-anak kita apa dampak yang terjadi jika melakukan perilaku perundungan. 

Dampak perilaku perundungan terhadap korban selain akan mengakibatkan penurunan prestasi yaitu akan membuat korban stress bahkan bisa sampai depresi. Hal tersebut tentunya akan merusak mental korban, ia akan terus menerus merasa rendah diri dan tidak percaya diri. Ini yang mengakibatkan korban perundungan menjadi antisosial bahkan ada yang sampai berhenti sekolah. Perilaku ini jika terjadi terus-menerus akan merusak nilai karakter, perilaku ini harus segera dihentikan agar khususnya dalam dunia pendidikan tidak ada lagi berita mengenai perundungan yang mengakibatkan banyak dampak negatif. Sekolah juga bisa berperan untuk memberikan pengarahan dan menindaklanjuti jika ada perilaku perundungan yang terjadi di sekolahnya, agar kasus ini tidak dianggap sepele dan bisa di selesaikan dengan cara yang terbaik.

Kita terkadang seringkali melupakan, bahwa manusia diberi pendidikan seyogyanya adalah agar manusia dapat berpikir, memiliki kecerdasan, sekaligus berprilaku yang baik sehingga dapat mengapresiasi setiap perilakunya sesuai dengan hasil pendidikannya yang diperoleh. Berpikir dan berperilaku merupakan hasil dari upaya sebuah pendidikan yang diterapkan, pendidikan tidak hanya berada pada tataran berpikir untuk kecerdasan, tetapi perilaku (akhlaq) justru merupakan hal terpenting dari sebuah hasil pendidikan. Yang sangat  disayangkan adalah ketika pendidikan saat ini lebih banyak membentuk orang cerdas tetapi miskin moral. Kita sangat sulit untuk mencari orang “baik” tapi sangat mudah mencari orang yang “pintar”. Realitas sekarang yang sering kita saksikan adalah justru orang-orang yang kemudian melakukan korupsi adalah orang-orang yang “cerdas” dan berpendidikan, bukan orang-orang yang bodoh.

Pendidikan moral sejatinya adalah pendidikan untuk menjadikan anak lebih manusiawi dan berperilaku sesuai norma dan etika. Artinya pendidikan moral adalah pendidikan yang bukan mengajarkan tentang akademik dan mengutamakan sisi kognisi, namun non akademik khususnya tentang sikap dan bagaimana perilaku sehari-hari yang baik.

Dari hal tersebut diatas kita bersama tahu pentingnya pendidikan karakter untuk anak bangsa. Kita perlu menanamkan nilai-nilai pada masyarakat Indonesia, dalam upaya membangun dan menguatkan karakter bangsa,  yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, cintah tanah air, peduli lingkungan, dan bertanggung jawab. Dengan adanya upaya yang dilakukan dalam penerapan pendidikan karakter tersebut kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik,saling menghargai setiap ide dan juga tepat dalam mengambil keputusan.  

Selasa, 12 November 2024

TENTANG KAMU

Terima kasih untuk kesempatan mengenalmu,

Itu adalah salah satu anugerah terbesar hidupku.

Cinta memang tidak perlu ditemukan,


Cintalah yang akan menemukan kita.

 


Terima kasih. Nasihat lama itu benar sekali,


Aku tidak akan menangis karena sesuatu telah berakhir,


tapi aku akan tersenyum karena


sesuatu itu pernah terjadi

 


Masa lalu. Rasa sakit. Masa depan. Mimpi-mimpi.


Semua akan berlalu, seperti sungai yang mengalir.


Maka biarlah hidupku mengalir seperti


Sungai kehidupan

 

#tereliyetentangkamu

 

 

Dicintai begitu dalam oleh orang lain akan memberikan kita kekuatan, sementara mencintai orang lain dengan sungguh-sungguh akan memberikan kita keberanian

PENANTIAN

Aku menunggumu di ujung-ujung waktu

Saat mentari pagi tersenyum

Dan saat mentari petang mengayun


Saat hari ditelan sang hitam berganti bulan

 


Di ujung lembayung senja


Lamunan berhenti dibayangmu


Bayang yang selalu menjadi mimpi


Pada hati yang menunggu

 


Sebuah angan dalam benak ini


Seakan terlahir menjadi nyata


Kutertunduk menunggu penuh sangsi


Nyanyian dalam hati yang terhenti

 


Kesemua penjuru kupanggil namamu


Bersama angin kulantunkan nyanyi rindu


Irama rintik hujan dan celoteh pengelana


Tiada lelah terus kumainkan

 


Semua tentang bayangmu


Tentang indah senyummu dan tatap matamu


Menghentikan pencarianku tentang apapun


Karena yang kucari ada didirimu

Sabtu, 08 Juli 2023

STATISTISI YANG (bukan) STATISTISI

Oleh: JSH

Sahabatku.
Pemimpinmu boleh datang dan pergi. Juga kehidupan kita. Kadang pasang, kadang surut, tetapi energi statistik itu, bagi yg bekerjanya dengan data, idealnya terus bertumbuh, mengalir dan merembesi darah kehidupan kita.

Data statistik yg terpercaya merupakan pondasi dan bagian dari penopang moral berkehidupan. Moral itu adalah kebenaran, ketepatan, objektifitas dan ketidakberpihakan.. Itu lah ontologi (hakekat keberadaan) ilmu statistik.
Sudahkah prinsip-prinsip berstatistik itu ada dalam kehidupan non dinasmu? Mari kita cerita hal paling dasar dan sederhana terkait salah satu minat telaah ilmu statistik yaitu Konsep.
Konsep adalah abstraksi dari suatu phenomena dan atau ide. Sering pula disebut sebagai general notion dan atau sesuatu yg diberi atribut. Takkan pernah ada proses sains tanpa berawal dari konsep. Agar suatu abstraksi atau konsep itu lebih terang-benderang diperlukan gambaran konstruksinya dengan keterjelasan batasan yg disebut sebagai definisi. Maka selalu bergandeng 2 kata: Konsep dan definisi.
Berlimpah-ruah di bumi ini orang bicara tentang sesuatu yg di dalamnya bermuatan konsep, tetapi yg bersangkutan kurang memahaminya apalagi mendefinisikannya. Nganggur, kerja, miskin, kawin, lahir, mati, bencana dan lain lain adalah serangkaian konsep yg sudah terdefinisikan mendekati baku. Karena tidak jelas mana konsep , mana definisi maka narasi yang dibangun dan biasa kita baca di berbagai media, umumnya, sangat ngambang.
Bagi seorang statistisi, konsep-definisi seharusnya bukan sekadar ada di laci kantor, di meja belajar, di buku pedoman survei atau di pidato dinas, tapi merembesi darah kehidupan keseharian. Ada dalam setiap proses interaksi kita. Itulah statistisi yang sesungguhnya.
Selain pentingnya konsep- definisi untuk menuntun kita memahami sesuatu, jantung statistik itu ada di sampling (memilih wakil yang akan diobservasi) mengamati gerakan pemusatan dari suatu nilai (measure of central tendency) keragaman (variability) keterhubungan antar variabel (relasi asosiatif) dan makna data (data meaning).
Dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, sampai sejauh mana kita menerapkan logika dan filosofi sampling ini. Mendengar suatu perdebatan misalnya, tumbuhkah reflekmu untuk mencermati keterwakilan dan kecukupan setiap poin argumen sebelum sampai pada suatu kesimpulan, atau apakah kesimpulan itu hanya dibangun dari sesuatu yang kasuistik.
Apa pun yg kita akan simpulkan idealnya berbasis keterwakilan yg cukup dari serangkaian fakta, dan itu menjadi ciri berpikir dan bertindak seorang statistisi.
Lihat berita di TV, baca di twitter, FB atau media apapun sering menampilkan data. Reflekkah anda untuk berpikir dengan cara statistik bahwa setiap data itu memiliki perilakunya yang khas. Apakah data yg disajikan itu cenderung memusat (central tendency) membentuk rata-rata hitung, ataukah nilai yg berada di tengah ( median) nilai yang mayoritas ( modus) Lalu pikiran seorang statistisi biasanya berlanjut ke sejauh mana nilai itu membentuk pengelompokan di perseratusan (percentile) persepuluhan ( decile) atau perduapuluhan (quintile) dst. Bagaimana variasinya, kenormalannya, kemencengannya dan kelancipan kurvanya (kurtosis) Cara-cara sederhana ini idealnya selalu menjadi the way of thinking kita. Kajilah segala sesuatu menurut jalur jalan statistik itu sendiri.
Terlalu panjang jika diurai di FB. Tapi satu lagi sekadar contoh. Ketika membaca berita terkait pencapaian kinerja tertentu, seorang statistisi tentu akan berpikir tidak saja terkait apa yang jadi dasar orang itu menarik kesimpulan tetapi lebih jauh bahwa dalam ilmu statistik suatu nilai pasti terbentuk oleh sekumpulan nilai yang lain. Besaran suatu variabel dan atau parameter tertentu pasti terkait dengan variabel lain sebagai determinan yg membentuknya, baik yg langsung ( bersifat antara) atau yg tidak langsung (berdimensi antecedent).
Ketika anda membaca berita tentang kegelisahan Jepang menghadapi fenomena banyaknya sekolah-sekolah SD yg tutup karena tak ada lagi murid, sebagai orang statistik tentu tidak akan berhenti sampai di situ, tapi akan antusias mengikuti perkembangan TFR (tingkat kelahiran) di Jepang dan juga mencari dinamika perubahan di variabel antaranya dan di variabel besar yg menggerakkan variabel antara itu. Itulah cara berpikir manusia statistik.
Sudahkah dalam hari-hari kita, berpikir, bertindak dan berperilaku di jalan statistik yang menjadi darah kita dan sekaligus bagian dari martabat diri kita. Energi yg menghiasi perilaku kita..
Jika ia, anda statistisi sesungguhnya. Jika belum, jangan-jangan kita sekadar numpang hidup dalam bayang-bayang dan cangkang lembaga statistik semata.
Sejatinya profesi kita sebatas berburu. Jenis pekerjaan: berburu. Status pekerjaan: buruh perburuan.
Spesialisasi berburu angka kredit, berburu honor tambahan, berburu makan tidur di hotel atas nama konsinyir, berburu perjalanan dinas, dan...
Lebih "kerennya" lagi Berburu Jabatan. Lalu tiba-tiba menjadi insan penting statistik..dan dipentingkan.
Boleh-noleh saja..tapi bagusnya: jangan sampai ketiduran.


#ditulis oleh statistisi yang saya kagumi

Senin, 20 September 2021

MENCATAT PETANI DIKALA PANDEMI

 


Pertanian adalah pencarian yang paling bijaksana karena pada akhirnya itulah yang paling banyak berkonstribusi pada kekayaan, moral baik, dan kebahagiaan (Thomas Jefferson)

Sektor pertanian membuktikan diri cukup tangguh selama pandemi COVID-19. Sektor ini tetap bersemi dikala sektor lain mengalami kontraksi cukup dalam. Tumbuh positif dan berkonstribusi sebesar 1,75 persen pada pertumbuhan ekonomi 2020. Dalam Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia memberikan kontribusi sebesar 12 – 14 persen sejak tahun 2014 hingga 2020. Sektor pertanian menjadi sektor terbesar kedua setelah industri pengolahan di dalam struktur PDB Indonesia. Sebanyak 29,46 persen tenaga kerja Indonesia bekerja pada sektor pertanian, terbesar dari seluruh lapangan pekerjaan utama di Indonesia. Dari angka tersebut, dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan keberlangsungan hidupnya di sektor pertanian.

Dalam menyusun perencanaan pembangunan di sektor pertanian diperlukan data-data terkait indikator pembangunan sektor pertanian. Data tersebut dapat menjadi dasar bagi pemerintah di dalam menghasilkan kebijakan yang tepat sasaran dan berkesinambungan. Akan tetapi, ketersediaan data pertanian di Indonesia belum sepenuhnya mampu mengakomodasi kebutuhan data pertanian yang dibutuhkan oleh pemerintah.

Global Strategy merekomendasikan adanya Survei Pertanian Terintegrasi (SITASI) sebagai bagian dari Strategic Plan for Agricultural and Rural Statistics (SPARS). SITASI merupakan survei yang dapat mengintegrasikan data-data pertanian sehingga mampu memenuhi kebutuhan strategis pertanian. Pelaksanaan SITASI yang dilaksanakan pada tahun 2021 oleh BPS berpedoman pada Agricultural Integrated Survey (AGRIS) yang telah dilakukan oleh lembaga pangan dunian (FAO).

Survei Pertanian Terintegrasi bertujuan untuk menyamakan metodologi pengumpulan data pertanian secara internasional. Lainnya, SITASI juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan data pertanian, menjadikan dasar sistem statistik pertanian yang efisien, dan membangun survei pertanian berkelanjutan. Pemenuhan kebutuhan data pertanian meliputi minimum set of core data, pemenuhan kebutuhan data untuk perencanaan kebijakan pemerintah dalam pembangunan pertanian, dan pemenuhan kebutuhan data pertanian untuk keperluan penelitian. SITASI juga dapat digunakan sebagai monitoring dan evaluasi pencapaian target SDGs khususnya di sektor pertanian di dalam mengestimasi data pertanian pada level provinsi hingga kabupaten/kota.

Terdapat empat pilar utama statistik pertanian, yaitu produksi tanaman dan ternak, keadaan sosial ekonomi petani, ongkos produksi, dan neraca pertanian nasional. Data-data ini perlu dihasilkan dengan kualitas yang baik. Data yang berkualitas harus memenuhi dimensi akurasi, aktualitas, aksesbilitas, koherensi, keterbandingan, interpretabilitas dan relevansi.

Pertanian membentuk dasar dari masyarakat dan memainkan peran penting dalam pembangunan sosial ekonomi negara. Tanpa kehadiran petani, dunia akan terjadi kelaparan karena produsen makanan tidak ada. Perubahan paradigma dan konsep juga perlu dilakukan dengan mengubah pendekatan ketahanan pangan ke kedaulatan pangan. Kedaulatan pangan menempatkan petani kecil di puncak teratas arus besar pembangunan pertanian. Upaya tersebut diharapkan dapat meneguhkan narasi ketahanan pangan Indonesia, menuju pertanian berkelanjutan.

Tidaklah mudah mencatat petani dikala pandemi, rintangan dan ancaman terpapar oleh virus COVID-19 mengintai petugas yang berjibaku dilapangan. Sikap responden yang bersahabat menerima kedatangan petugas serta memberi keterangan yang benar sangatlah penting agar survei ini berjalan dengan baik dan memberikan hasil seperti yang diharapkan.

Semoga hasil SITASI/AGRIS ini dapat menjadi One Stop Data Pertanian, serta dapat menutupi kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaan data pertanian di Indonesia. Sehingga sektor pertanian tetap terus bersemi dan menjadi kunci kedaulatan pangan. Indonesia tumbuh menjadi negara yang berdaulat dan mandiri sebagai negara agraris.